Inilah 5 Tokoh Pertempuran Surabaya Pada 10 November 1945
pidebox -09-09-2023
Surabaya menjadi salah satu kota yang mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Perjuangan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran di Surabaya menjadi inspirasi yang mengobarkan semangat perjuangan pejuang-pejuang di berbagai kota di Indonesia. Tahukah, kamu siapa tokoh pertempuran Surabaya?
Para pahlawan Surabaya yang terlibat dalam pertempuran tersebut memiliki jasa yang tak hanya bagi kota kelahirannya saja, tetapi juga untuk negara Indonesia secara keseluruhan.
Saat Anda mengunjungi kota Surabaya, Anda akan disuguhkan beberapa tempat bersejarah di kota tersebut, salah satunya Tugu Pahlawan.
Tugu Pahlawan menjadi salah satu sumber kisah pertempuran Surabaya. Tugu tersebut juga menjadi bagian objek wisata populer yang tidak pernah sepi pengunjung.
Pada artikel ini akan disajikan tokoh-tokoh pertempuran Surabaya 10 November 1945. So, simak terus ya artikel ini.
Tokoh-tokoh Pertempuran Surabaya
Ada beberapa tokoh tokoh pertempuran Surabaya yang memegang peran besar dalam peristiwa pertempuran di kota Pahlwan tersebut.
1. Sutomo
Sutomo atau Bung Tomo lahir pada tanggal 3 Oktober 1920 di Surabaya dan meninggal pada tanggal 7 Oktober 1981 di Makkah. Bung Tomo merupakan seorang pahlawan yang terkenal karena berhasil menginspirasi semangat rakyat untuk melawan pasukan Belanda yang tergabung dalam NICA. Pertempuran tersebut dimulai pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya.
Sebelumnya, Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan staf pribadi di sebuah perusahaan swasta. Ia juga pernah menjabat sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, bahkan menjadi pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda. Sebelum pindah ke Surabaya, Sutomo bekerja sebagai polisi di kota Praja dan menjadi anggota Sarekat Islam serta menjadi distributor untuk perusahaan mesin jahit Singer. Ia juga terlibat dalam jurnalis dan berpartisipasi dalam beberapa kelompok politik dan sosial.
Sutomo terpilih menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru pada tahun 1944. Ia berjuang untuk membangkitkan semangat rakyat saat Surabaya diserang oleh tentara NICA pada bulan Oktober hingga November 1945. Sutomo menyampaikan semangat perjuangan melawan NICA melalui siaran radio yang penuh emosi. Ia juga aktif dalam dunia politik pada era 1950 pasca kemerdekaan Indonesia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Sutomo memberikan kritik tajam terhadap program-program Presiden Soeharto pada tahun 1970. Pada tanggal 11 April 1978, Sutomo ditahan oleh pemerintah Orde Baru karena kritiknya yang keras. Ia meninggal dunia di Makkah ketika sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal 7 Oktober 1981. Jenazah Bung Tomo kemudian dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.
2. Mayjen Sungkono
Sungkono dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1911 di Purbalingga, Jawa Timur, dan meninggal pada tanggal 12 September 1977 di Jakarta. Ia merupakan seorang pahlawan nasional yang memimpin langsung pertempuran di seluruh kota. Sungkono menyelesaikan pendidikan di HIS (Hollands Indische School) pada tahun 1928, lalu melanjutkan ke MULO, serta meneruskan ke Zelfontelkeling hingga kelas dua dan mendapatkan ijazah K.E. Selanjutnya, Sungkono mengikuti pendidikan militer selama dua tahun di sekolah teknik perkapalan atau KIS (Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen) di Makasar.
Setelah Indonesia merdeka, Sungkono bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan memimpin upaya pelucutan senjata dari tentara Jepang yang masih ada di Indonesia pada bulan September 1945. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Brigade 9 Divisi ke-25 Angkatan Darat Inggris, yang dipimpin oleh Brigadir AWS Mallaby, mendarat di Surabaya. Sikap Inggris yang melanggar kedaulatan Indonesia memicu bentrokan antara pemuda Surabaya dengan pasukan Inggris pada tanggal 28-29 Oktober 1945. Presiden Soekarno datang ke Surabaya dan mengumumkan gencatan senjata, tetapi pertempuran masih berlanjut, dan jenderal Mallaby tewas di depan gedung Internatio, meskipun sudah ada perjanjian antara Inggris dan Indonesia. Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 menjadi titik perang yang sengit di Surabaya. Selain itu, Ia juga memiliki tugas utama untuk menumpas pemberontakan PKI Madiun pada bulan Oktober 1948.
3. HR. Mohammad Mangoendiprodjo
Mayor Jenderal HR Muhammad Mangundiprojo, memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Ia lahir pada tanggal 5 Januari 1905 di Sragen, Jawa Tengah, dan meninggal pada tanggal 13 Desember 1988 di Bandar Lampung. RM Mohammad Mangoendiprojo berhasil memimpin pasukannya untuk mengambil alih aset pribadi orang-orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai 100 juta gulden untuk mendukung perjuangan melawan Belanda dan Inggris.
Ia bersama pasukannya bergerak ke medan perang sebagai wakil Indonesia dalam kontak diplomatik dengan pasukan Inggris di Surabaya. Mohammad pernah berjuang sendirian ketika memasuki gedung untuk menemui komandan pasukan Inggris dan mencegah pasukan Inggris yang menduduki gedung Bank Internatio. Sementara itu, Brigjen Mallaby yang berada di luar gedung ditembak oleh seorang pejuang, yang kemudian memicu pertempuran pada tanggal 10 November.
4. KH. Hasyim Asy'ari
Kyai Haji Hasyim Asy'ari adalah seorang tokoh persatuan umat dan pelopor modernisasi. Beliau lahir di Demak pada tanggal 20 April 1875 dan juga merupakan salah satu tokoh utama dalam Pertempuran Surabaya yang memainkan peran penting.
Peran Kyai Haji Hasyim Asy'ari dalam Pertempuran Surabaya berasal dari fatwa yang menggariskan kewajiban jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang kemudian menghasilkan peraturan-peraturan tentang jihad.
5. Gubernur Suryo
Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo disebut juga sebagai penguasa Jawa Timur yang menjadi salah satu tokoh pertempuran Surabaya dalam memprakarsai terjadinya pertempuran Surabaya pada 10 November.
Beliau banyak terlibat dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa pertempuran tersebut, satu perannya adalah dengan menyalurkan bantuan.
Itulah okoh-tokoh pertempuran surabaya 10 november 1945. Beberapa tokoh lainnya juga memiliki peran penting, yaitu Mayjen Moestopo dan Abdul Wahab Saleh. Terjadinya peristiwa pertempuran Surabaya ini pun diperingati setiap tahunnya pada 10 November dengan sebutan Hari Pahlawan.
Tag :